BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kesehatan
kita tergantung pada kemampuan kita mengendalikan mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat dikendalikan yaitu dengan dibasmi, dihambat atau juga
ditiadakan dari lingkungan dengan proses yang dinamakan sterilisasi.
Sterilisasi adalah suatu usaha atau proses untuk mematikan semua mikoorganisme
yang hidup.
Sterilisasi
terhadap ruangan dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan mikroorganisme
yang terdapat dalam suatu ruangan tertentu sehingga ruangan tersebut dapat
dinyatakan steril dan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan antara lain
untuk operasi, untuk produksi sediaan obat steril dan pengemasan obat steril.
Dalam percobaan ini dilakukan uji sterilisasi
dengan menggunakan Enkas, sinar UV, dan Laminary Air Flow (LAF). Di mana ketiga metode diatas memiliki mekanisme tersendiri dalam
meminimalkan atau membunuh mikroorganisme.
Ruang steril sangat
penting dalam bidang kesehatan, contoh ruang steril antara lain ruang bedah,
ruang pasca operasi, termasuk dalam industri farmasi, khususnya sediaan steril
(injeksi dan lain-lain). Ruang-ruang tersebut dibutuhkan adanya pengujian
sterilisasi yang baku. Untuk pengujian tersebut dibutuhkan adanya kesterilannya
sebab diharapkan tidak adanya kontak bakteri dengan bahan atau alat yang
digunakan yang pada akhirnya akan merugikan bagi manusia.
B.
Rumusan
Masalah
Apakah ruangan tersebut memenuhi syarat sebagai ruangan steril atau
tidak ?
C.
Maksud
Percobaan
Untuk menguji sterilitas dari suatu ruangan
D.
Tujuan
Percobaan
Untuk menentukan tingkat sterilitas dari LAF (Laminar Air Flow), Lampu
UV dan enkas dengan cara membandingkan jumlah mikroba yang tumbuh pada medium
NA dan PDA sebelum dan sesudah diaktifkan.
E.
Manfaat
Percobaan
Dapat mengetahui tingkat sterilitas dan mekanisme kerja lampu UV, LAF,
dan enkas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori
Umum
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya dan
kerusakan. Hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta
tanaman, menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai kepada
kematian. Mikroorganisme pun dapat mencemari makanan, dan dengan menimbulkan
perubahan – perubahan kimiawi didalamnya, membuat makanan tersebut tidak dapat
dimakan atau bahkan beracun. Karena itu adanya prosedur untuk mengendalikan
perumbuhan dan kontaminasi oleh mikroba adalah suatu keharusan. Yang dimaksud
pengendalian disini adalah segala kegiatan yang dapat menghambat, membasi, atau
menyingkirkan mikroorganisme
(Pelczar, 1988).
Steril
artinya bebas dari segala mikroba baik patogen maupun tidak. Tindakka untuk membuat
suatu benda menjadi steril dsibeu sterilisasi (Entjang, 2003).
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan
proses penghilangan semua jenis organisme hidup dalam hal ini adalah
mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat pada/di
dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses
fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme (Sylvia,
2006).
Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan
mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe
mikroorganismenya, yaitu tergantung dari asam nukleat, protein, atau membrane
mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi, 2006)
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti
membebaskan tiap benda atau subtansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun.
Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril,
mikrooorganisme dapat dimatikan dalam usaha mendapatkan keadaaan steril,
mikrooorganisme dapat dimatikan setempat oleh panas (kalor), gas-gas seperti
formaldehid, etilenoksida atau betapriolakton oleh bermaca-macam larutan kimia;
oleh sinar lembayung ultra atau sinar gamma. Mikrooorganisme dapat disingkirkan
secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau filtrasi (Irianto,
2006).
Sterilitas
adalah suatu proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara
tardisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan
bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotatif relative, dan kemungkinan
menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas
dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba. (Lachman, 1994).
Efesiensi metode sterilisasi dan efektivitas
agen antimikroba dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
1. Ukuran
populasi
Populasi mikroorganisme yang besar memerlukan
waktu lebih lama sampai tercapainya kematian dibandingkan populasi yang kecil.
2. Komposisi
populasi
Bentuk endospora bakteri lebih resisten
dibandingkan bentuk vegetatifnya.
3. Konsentrasi/intensitas
agen anti mikroba
Makin tinggi konsentrasi agen, makin banyak
mikroorganisme yang dapat dimatikan. Pada titik tertentu, peningkatan
konsentrasi tidak meningkatkan kecepatan pembunuhan. Beberapa agen antimikroba
justru lebih efektif pada konsentrasi lebih rendah. Contohnya etanol 70% lebih
efektif dibandingkan etanol 95%.
4. Lama
paparan
Semakin lama populasi mikrooorganisme terpapar
agen antimikroba, semakin banyak mikroorganisme yang mati.
5. Temperatur
Peningkatan temperatur dapat meningkatkan
aktivitas agen antimikroba.
6. Lingkungan
sekitar
Kondisi lingkungan sekitar dapat menghalangi
ataupun mempercepat destruksi. Untuk dapat mematikan mikrooorganisme, sterilant
harus dapat mencapai mikroorganismebdan apabila mikroorganisme terdapat dalam
bahan protein seperti nanah, jaringan, atau ekskudat jaringan, maka diperlukan
sterilant dengan kadar dan jumlah yang lebih dari normal untuk dapat mematikan
mikrooorganisme (Pratiwi, 2006).
Metode
sterilisasi
Steril akan didapatkan melalui
sterilisasi, sedang cara sterilisasi yang umum dilakukan adalah:
1. Sterilisasi secara fisik
2. Sterilisasi secara kimia
3. Sterilisasi secara mekanik
Metode
sterilisasi dibagi menjadi , yaitu metode fisik,dan metode kimia. Metode
sterilisasi kimia dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia, sedangkan
metode sterilisasi fisik dapat dilakukan dengan cara panas baik kering maupun
panas basah, radiasi dan filtasi (Pratiwi, 2006).
Metode sterilisasi panas kering atau
sterilisasi kering, umumnya digunakan untuk bahan yang sensitif terhadap kelembapan. Metode sterilisasi panas kering
pada temperatur 160-180°C, sedangkan untuk bahan yang resiten kelembapan
digunakan metode sterilisasi panas basah pada temperatur 115-134° C.
Sterilisasi panas kering berfungsi untuk mematikan mikroorganisme dengan cara
mengoksidasi komponen sel ataupun mendenaturasi enzim (Pratiwi, 2006).
Sterilisasi panas basah dengan perebusan
mengggunakan air mendiddih 100° C selama 10 menit efektif untuk sel-sel
vegetatif dan spora eukariotik, namun tidak efektif untuk endospora bakteri.
Tingkat sterilisasi panas basah pada temperatur dan / atau waktu sterilisasi
(Pratiwi, 2006).
Sterilisasi panas lembab mematikan
mikrooorganisme dengan cara mengkoagulasi protein-proteinnnya. Panas lembab
mematikan mikroorganisme dengan jauh lebih cepat dan efektif dibandingkan
dengan panas kering, yang menghancurkan mikroorganisme dengan cara mengoksidasi
komponen-komponen kimiawinya (Pelczar, 1988).
Metode sterilisasi kimia dilakukan untuk
bahan-bahan yang rusak bila disterilkan pad suhu tinggi (misalnya bahan-bahan
dari plastik). Kekuatan agen antimikroba kimiawi diklasifikasikan atas dasar
efesiensinya dalam membunuh mikrooorganisme. Metode sterilisasi kimia dapat
dilakukan dengan mengggunakan gas (dengan cara fumigasi aatau pengasapan) atau
radiasi (Pratiwi, 2006).
Bebrapa faktor yang perlu dipertimbangkann
dalam Pemilihan bahan antimirobial kimiawi untuk tujuan praktisi yaitu : (Pelczer,
1988).
a. Sifat
bahan yang akan diberi perlakuan
b. Tipe
mikrooorganisme
c. Keadaan
lingkunngan.
Sterilisasi dapat dibagi 2 yaitu :
(Irianto, 2002)
1. Sterilisasi kering, cara sterilisasi
ini dapat dilakukan dengan cara yaitu :
a. Pemijaran, pemijaran diterapkan pada ose ujung-ujung pinset, dan sudip
(spatula) logam.
b. Jilatan api (Flaming), diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung
biakan, kaca objek, dan kaca penutup. Benda-benda ini dijilatkan pada api
bunsen tanpa membiarkannya memijar.
c. Tanur Uap Panas (Hot-Air Oven), sebagian besar sterilisasi kering dilakukan
dengan alat ini. Biasanya digunakan suhu 160-165ºC selama 1 jam. Cara ini baik
dilakukan terhadap alat-alat kering terbuat dari kaca dan terhadap bahan-bahan
kering dalam tempat-tempat tertutup
2. Sterilisasi Panas, cara sterilisasi ini dapat dilakukan dengan cara yaitu :
a. Penggodogan dalam air, cara ini hanya cukup untuk mematikan mikroorganisme
yang tidak berspora. Penggodokan dalam air tidak menjamin sterilitas, tetapi
dianggap cukup memuaskan untuk tujuan tertentu, dimana sterilitas mutlak tidak
esensial dan cara-cara lain tidak mungkin dilakukan.
b. Uap Mengalir, Uap mengalir bebas digunakan dalam tempat yang tidak tertutup
rapat yang dapat menahan uap itu tanpa tekanan. Cara ini adalah suatu proses
sterilisasi dengan menggunakan ua pada suhu 100ºC, yang dialirkan pada benda
yang akan disterilkan untuk beberapa menit berkali-kali (3 sampai 4 kali)
dengan selang waktu 24 jam.
c. Uap dalam Tekanan, pensterilan dengan uap dalam tekanan dilakukan dalam
autoklaf. Dalam autoklaf ini uap berada dalam keadaan jenuh, dan peningkatan
tekanan mengakibatkan suhu yang tercapai menjadi lebih tinggi, yaitu di bawah
takanan 15 ib (2 atmosfer).
B.
Uraian
Bahan
1.
Air suling (Dirjen POM : 1976)
Nama resmi : Aqua
destillata
Nama lain : Aquadest, air suling
RM / BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan
jernih, tidak berwarna tidak berbau dan tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
2.
Alkohol 70 % (Dirjen POM : 1976)
Nama resmi :
Aethanolum
Sinonim : Alkohol
Pemerian : Cairan
tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas rasa panas.
Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat
mudah larut dalam air, kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya;di tempat sejuk, jauh dari nyala
api.
3. Fenol 5% (Ditjen POM : 1995)
Nama resmi : Phenol Liquidium
Nama lain : Fenol cair
RM : C6 H6O
BM : 94,11
Pemerian : Cairan
tidak berwarna sampai merah muda, dapat menjadi merah jika kena udara atau
cahaya. Bau khas, sedikit aromatis. Memutihkan dan membakar kulit dan membrane
mukosa.
Kelarutan : Dapat
bercampur dengan etanol, dengan eter dan dengan gliserin. Campuran sama banyak
fenol cair dan gliserin dapat bercampur dengan air.
Bobot jenis : 1,065
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
C.
Prosedur Praktikum
1.
Menyiapkan Media
a.
Disiapkan medium NA dan PDA sebanyak yang dibutuhkan, kemudian disterilkan pada suhu 121ºC selama 15
menit.
b.
Medium yang telah steril dituang
ke dalam cawan petri steril sebanyak yang dibutuhkan sejumlah 15-20 ml/cawan
petri. Kemudian diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam suhu 37ºC.
c.
Dilakukan pengamatan, media yang
tidak ditumbuhi mikroba disiapkan sebagai media uji.
2.
Pengujian Sterilisasi Ruangan
(LAF, Enkas, dan Lampu UV)
a.
Pengujian Awal Ruangan
1)
Disiapkan ruangan yang akan diuji
kesterilannya tanpa penyemprotan desinfektansia terlebih dahulu.
2)
Diletakkan masing-masing satu
cawan petri uji pada bagian tengah dan tiap sudut ruangan uji, kemudian dibuka
1/3 bagian dari cawan petri uji, dibiarkan selama 15 menit.
3)
Selanjutnya cawan petri ditutup,
kemudian diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 24-48 jam dengan posisi terbalik.
4)
Dilakukan pengamatan ada tidaknya
kontaminasi mikroba di ruangan uji.
b.
Pengujian Akhir Ruangan
1)
Sebelum dilakukan pengujian,
terlebih dahulu ruangan uji disemprot dengan desinfektansia, dibiarkan selama
15 menit.
2)
Diletakkan masing-masing satu
cawan petri uji pada bagian tengah dan tiap sudut ruangan uji, kemudian dibuka
1/3 bagian dari cawan petri uji, dibiarkan selama 15 menit.
3)
Selanjutnya cawan petri ditutup,
kemudian diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 24-48 jam dengan posisi terbalik.
4)
Dilakukan pengamatan ada tidaknya
kontaminasi mikroba di ruangan uji.
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A.
Alat
yang digunakan
Adapun
alat yang dipakai pada praktikum ini yaitu autoklaf, cawan petri steril, enkas,
erlenmeyer, handschoen steril, handsprayer, kompor gas, laf (laminar air flow),
lampu spiritus, lampu uv, oven, spoit, stop watch, timbangan.
B.
Bahan
yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum
ini yaitu alkohol 70%, kertas label, medium PDA (potato
Dextrose Agar) , medium
NA (Nutrient Agar) dan tissu.
C.
Cara Kerja
1. Pembuatan
Medium
a.
Nutrient Agar (NA)
Disiapkan
alat dan abahan yang akan digunakan.Ditimbang masing-masing bahan daging sebanyak 0,75
gram dan pepton 1,25 gram. Bahan-bahan tersebut di atas kemudian
dilarutkan dengan menggunakan air suling sebanyak 250 mL ke
dalam Erlenmeyer dan diaduk sampai homogen. Dipanaskan dan ditambahkan agar
sebanyak 3,75
gram sambil diaduk selama 15 menit. Erlenmeyer kemudian ditutup dengan
menggunakan kapas. Disterilkan dengan menggunakan auoklaf pada suhu 121oC
selama 15 menit.
b.
Potato Dextrose Agar (PDA)
Disiapkan
alat dan abahan yang akan digunakan. Ditimbang
PDA sintetik sebanyak 9,75 gram.Dilarutkan
dengan menggunakan air suling sebanyak 250 ml ke dalam Erlenmeyer dan
diaduk sampai homogen. Dipanaskan sambil diaduk selama 15 menit. Erlenmeyer
kemudian ditutup dengan menggunakan kapas. Disterilkan dengan menggunakan
auoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
2. Uji Sterilitas
a. Lampu
UV
1) Disiapkan
2 buah cawan petri steril.
2) Dimasukkan
medium NA ke dalam cawan petri I dan medium PDA ke dalam cawan petri yang
kedua, kemudian dipadatkan.
3) Setelah
memadat, kedua cawan petri tersebut kemudian dimasukkan ke dalam lampu UV dan
dibuka 1/3 bagian cawan petri selama 15 menit.
4) Ditutup
krmbali cawan petri setelah 15 menit, kemudian dikeluarkan dari dalam lampu UV.
5) Diinkubasikan
cawan petri yang berisi medium NA dalam
inkubator selama 1 x 24 jam.
6) Dan
untuk medium PDA diinkubasikan dalam enkas selama 3 x 24 jam.
7) Dilakukan
pengamatan dan dihitung jumlah mikroorganisme yang tumbuh baik jamur maupun
bakteri.
8) Dimasukkan
hasil pengamatan kedalam data pengamatan.
9) Cara
ini berlaku untuk lampu UV pada saat diaktifkan maupun tidak aktif.
b. LAF
(Laminar Air Flow)
1) Disiapkan
2 buah cawan petri steril.
2) Dimasukkan
medium NA ke dalam cawan petri I dan medium PDA ke dalam cawan petri yang
kedua, kemudian dipadatkan.
3) Setelah
memadat, kedua cawan petri tersebut kemudian dimasukkan ke dalam LAF dan dibuka
1/3 bagian cawan petri selama 15 menit.
4) Ditutup
kembali cawan petri setelah 15 menit, kemudian dikeluarkan dari dalam LAF.
5) Diinkubasikan
cawan petri yang berisi medium NA dalam
inkubator selama 1 x 24 jam.
6) Dan
untuk medium PDA diinkubasikan dalam enkas selama 3 x 24 jam.
7) Dilakukan
pengamatan dan dihitung jumlah mikroorganisme yang tumbuh baik jamur maupun
bakteri.
8) Dimasukkan
hasil pengamatan kedalam data pengamatan.
9) Cara
ini berlaku untuk LAF pada saat diaktifkan maupun tidak aktif.
c. Enkas
1) Disiapkan
2 buah cawan petri steril.
2) Dimasukkan
medium NA ke dalam cawan petri I dan medium PDA ke dalam cawan petri yang
kedua, kemudian dipadatkan.
3) Setelah
memadat, kedua cawan petri tersebut kemudian dimasukkan ke dalam enkas dan
dibuka 1/3 bagian cawan petri selama 15 menit.
4) Ditutup
krmbali cawan petri setelah 15 menit, kemudian dikeluarkan dari dalam enkas.
5) Diinkubasikan
cawan petri yang berisi medium NA dalam
inkubator selama 1 x 24 jam.
6) Dan
untuk medium PDA diinkubasikan dalam enkas selama 3 x 24 jam.
7) Dilakukan
pengamatan dan dihitung jumlah mikroorganisme yang tumbuh baik jamur maupun
bakteri.
8) Dimasukkan
hasil pengamatan kedalam data pengamatan.
9) Cara
ini berlaku untuk enkas pada saat diaktifkan (dengan menyemprotkan fenol 5%)
maupun tidak aktif.
BAB IV
KAJIAN HASIL
PRAKTIKUM
A. Hasil Praktikum
1.
Tabel hasil pengamatan
No.
|
Klpk
|
Ruangan Yang Diujikan
|
|||||
Enkas
|
LAF
|
UV
|
|||||
NA
|
PDA
|
NA
|
PDA
|
NA
|
PDA
|
||
1.
|
I
|
43
|
TBUD
|
2
|
TBUD
|
12
|
34
|
2.
|
II
|
34
|
12
|
43
|
TBUD
|
2
|
TBUD
|
3.
|
III
|
45
|
8
|
1
|
-
|
9
|
7
|
4.
|
IV
|
23
|
20
|
3
|
5
|
16
|
2
|
5.
|
V
|
31
|
TBUD
|
16
|
71
|
17
|
TBUD
|
Keterangan :
TBUD :
tidak bisa untuk dihitung
B. Pembahasan
Uji sterilitas ruangan adalah salah satu percobaan
dimana dilakukan uji mikroba dalam suatu ruangan untuk melihat tingkat
sterilitas dari ruangan , ruangan yang mana yang memiliki tingkat kesterilan
yang paling tinggi (palin sedikit terdapat mikroba atau tidak sama sekali).
Dari hasil uji yang dilakukan maka suatu ruangan dapat dikelompokkan dalam
kelas – kelas tertentu sesuai dengan tingkat kontaminasi dari ruangan tersebut.
Pada percobaan ini digunakan lampu UV, Laminary Air Flow (LAF), dan
enkas sebagai media sterilisator. Pada
ruangan engkas disemprotkan terlebih dahulu alkohol 70%. Karena
pada konsentrasi tersebut alkohol memiliki daya bakterisid dan fungisid,
sehingga mikroba yang terdapat dalam ruangan tersebut dapat dimatikan (terutama
bakteri dan jamur).
Dan pada percobaan
ini, cawan petri yang telah berisi medium NA dan PDA dimasukkan ke dalam 3
ruangan yang ingin diuji tingkat sterilitasnya,
kemudian dibuka 1/3 bagian dari cawan petri. Maksud dari perlakuan ini
yakni untuk memberikan kesempatan pada mikroba untuk masuk ke dalam cawan petri
sehingga dapat diamati, yang mana apabila cawan petri dibuka sepenuhnya
dikhawatirkan mikroba akan masuk terlalu banyak sehingga menyebabkan kesulitan
dalam mengamatinya.
Umumnya cahaya mempunyai daya merusak sel mikroba yang tidak mempunyai
pigmen fotosintesis. Sedangkan cahaya dengan panjang gelombang pendek dapat
berpengaruh terhadap jasad hidup. Sinar dengan gelombang panjang juga mempunyai
daya fotodinamik dan daya biofisik, misalnya cahaya matahari. Jika energi
radiasi di absorbsi oleh sel mikroba akan dapat menyebabkan terjadinya ionisasi
komponen sel. Ionisasi molekul tertentu dari protoplasma dapat menyebabkan
kematian perubahan genetik atau dapat pula menghambat pertumbuhan. Perubahan
genetik di sini oleh radiasi ultraviolet
dapat menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mempunyai aktivitas
mutagenik pada sel-sel yang masih hidup. Bagian
ultraviolet pada spectrum meliputi semua radiasi dari 15 sampai 390 nm. Panjang
gelombang sekitar 265 nm memiliki efisiensi bakterisidal tertinggi.
Laminary Air Flow (LAF) adalah alat
yang mengatur pergerakan udara di mana udara yang berisi mikroba akan di tarik
keluar dengan arah tekanan horizontal, sehingga setiap mikroba yang berada
dalam ruang tersebut tidak dapat bertahan lama karena akan terus di tarik
keluar. LAF ini dilengkapi saringan sehingga mikroba yang telah keluar tidak
akan dapat kembali lagi.
Enkas,
Alat ini merupakan ruang tempat inokulasi dimana tempat ini dimaksudkan untuk
meminimalkan kontak dengan udara luar pada saat membuat penamaan mikroba.
Dilakukan dalam ruang karena kemungkinan udara luar mengandung mikroba akan
masuk kedalam medium sehingga muncul mikroba yang tidak diinginkan.
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan maka dapat dilihat bahwa untuk bakteri, pada sinar UV
yaitu pada kelompok I untuk PDA sebanyak 34, dan NA sebanyak 12. Pada enkas PDA sebanyak Tidak bisa untuk
dihitung dan NA sebanyak 2. Pada kelompok II dimana pada UV PDA sebanyak tidak bisa untuk
dihitung dan NA 2, pada enkas PDA
sebanyak 12 dan NA sebanyak 34, pada LAF PDA sebanyak tidak bisa untuk
dihitung dan pada NA sebanyak 43. Pada kelompok III pada UV PDA sebanyak 7 dan NA sebanyak 9, pada enkas PDA sebanyak 8 dan NA sebanyak 45, pada LAF PDA sebanyak 0 dan NA sebanyak 1. Pada kelompok IV UV pada PDA sebanyak 2 dan NA sebanyak 16, pada enkasa PDA sebanyak 20 dan NA sebanyak 23 dan pada LAF PDA sebanyak 5 dan NA sebanyak 3. Pada kelompok V untuk
UV pada PDA sebanyak tidak bisa untuk dihitung dan NA sebanyak 17, pada enkasa PDA sebanyak tidak bisa untuk
dihitung dan NA sebanyak 31 dan pada LAF PDA sebanyak 16 dan NA sebanyak 71.
Dari hasil
tersebut dapat dinyatakan bahwa yang
paling bagus untuk sterilisasi ruangan berturut-turut ruangan lampu LAF, UV, dan Enkas.
.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa cara sterilisasi ruangan
yang paling efektif berturut-turut adalah dengan Laminary Air Flow (LAF ), lampu UV, dan enkas
B. Saran
Diharapkan selain penggunaan alkohol 70% atau fenol 5% sebaiknya
digunakan larutan yang lain juga tetapi konsistensinya hampir sama dengan
larutan tersebut agar praktikan juga mengetahui tingkat mematikan sebagai
bakterisid dan fungisid serta disarankan penggunaan ruangan yang lain selain
tiga ruangan yang telah di ujikan untuk mengetahui juga seberapa besar tingkat
kesterilannya juga.
bagaimana cara uji sterilitas LAF menggunakan bakteri Enterobackter aerogenes, mohon penjelasannya. terima kasih
BalasHapusbagaimana cara uji sterilitas LAF menggunakan bakteri Enterobackter aerogenes, mohon penjelasannya. terima kasih
BalasHapus